Ann As

Rabu, 27 Februari 2013

SEJARAH BERDIRINYA WUSHU INDONESIA

Wushu atau yang seringkali juga disebut Kungfu adalah Seni Beladiri yang berasal dari Tiongkok kuno. Tersebar keseluruh penjuru dunia melalui orang Tionghoa / Hua Ren yang pergi merantau.

Sejarah munculnya seni beladiri ini sudah tidak bisa ditelusuri lagi, konon usianya sudah ribuan tahun. Mungkin sama tuanya dengan sejarah Tiongkok yang dihiasi dengan banyak pertempuran. Dimana saat itu seni untuk bertempur dan mempertahankan diri sudah dikenal dalam bentuk yang masih sederhana.

Arti dari kata Wu adalah ilmu perang sedangkan arti kata Shu adalah seni. Sehingga Wushu dapat juga diartikan seni untuk berperang. Dimana didalamnya mengandung aspek seni, olahraga, kesehatan, beladiri dan mental.

Mempelajari Wushu sebenarnya tidak hanya terbatas pada hal-hal yang berhubungan dengan gerakan fisik belaka. Melainkan juga melibatkan pikiran, olah pernapasan, pemahaman anatomi tubuh, aliran darah dan jalur energi tubuh. Juga mempelajari penggunaan ramuan untuk memperkuat tubuh ataupun untuk pengobatan.

Disisi lain Wushu juga membentuk kepribadian, melatih kedisiplinan, ketahanan mental, kecerdikan, kewaspadaan, persaudaraan, jiwa satria dan lain sebagainya. Maka Wushu juga berfungsi sebagai ‘way of life’. Bahkan lebih jauh lagi bisa menjurus kearah pengembangan spiritual.

Di Indonesia sebenarnya Wushu sudah lama dikenal dengan istilah Kungfu. Tetapi barulah pada tanggal 10 November 1992 KONI pusat meresmikan berdirinya PB Wushu Indonesia yang merupakan wadah bagi seluruh Perguruan Kungfu di Indonesia.                                                 

Fakta wushu di Indonesia

Bahkan sesungguhnya beberapa istilah wushu justru telah di-Indonesia-kan karena sesungguhnya olahraga ini sudah dikenal sejak era penjajahan Belanda, sementara olahraga lain tidak. Misalnya, atlet karate disebut karateka (bahasa jepang), atlet kempo disebut kenshi (bahasa jepang) sedangkan atlet wushu disebut wushuwan-wushuwati (bahasa indonesia), meskipun istilah di negara lain adalah wushuyuan.Salah satu hal yang menarik untuk diketahui ialah kaitan wushu dengan nama-nama yang cukup dikenal yaitu Shaolin pay, Butong pay, Kunlun pay dan sebagainya.
Nama-nama tersebut memang dikenal di negeri Cina sebagai perguruan kungfu yang hebat di masa lalu. Nama-nama tersebut lebih mendunia lagi dikarenakan cerita-cerita silat dan film-film silat yang sebagian besar merupakan fiksi berlatarbelakang sejarah. Nama-nama tersebut memang lembaga keagamaan, yang mengajarkan wushu sebagai alat kesehatan dan beladiri bagi kelompok mereka, tetapi wushu tetaplah teknik beladiri yang kebetulan banyak dipengaruhi ciri-ciri kelompok mereka.
Teknik tersebut bisa pula dipelajari orang-orang di luar kelompok mereka. Fakta sejarah menunjukkan bahwa wushu Shaolin juga dipelajari rakyat sipil. Bahkan perguruan wushu Shaolin yang dulu dikenal sebagai Shaolin pay, kini telah menjadi institut wushu dengan nama Shaolin Wushu Institut di Henan (Shaolin sendiri sebenarnya adalah nama kuil) yang isinya adalah para akademisi dari dalam maupun luar Cina.
Wushu gaya shaolin sekarang banyak menjiwai materi wushu internasional seperti chang quan, nan quan, dan sebagainya. Sedangkan wushu gaya Butong dikembangkan masyarakat menjadi salah satu nomor wushu terpopuler di dunia dengan nama taijiquan (tai chi). Jadi wushu sebenarnya adalah ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan cukup lama, dan bukan ritual dari agama-agama tertentu seperti Budha dan Tao.
Fakta sejarah yang memperkuat lainnya adalah gerakan Ming, yang terdiri dari para ahli wushu, tapi mereka bukan lembaga agama melainkan kumpulan cendikiawan dan ahli iptek. Fakta lain adalah kemunculan gerakan Taiping di akhir Dinasti Qing (Manchu) yang dipimpin Hung Xiu Quan. Kelompok pesilat Taiping ini adalah gerakan kaum pesilat Nasrani/Kristen, dengan peraturan dasar kelompok tersebut adalah Injil. Jadi jelas bahwa mempolemikkan wushu dengan cara mengidentikannya dengan agama tertentu, atau okultisme dan bertentangan dengan ajaran agama-agama tertentu, merupakan pemikiran yang sangat tidak tepat dan tidak bijaksana.
Fakta-fakta ini tidak banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia generasi setelah tahun 60-an, bahkan banyak yang lebih percaya cerita film dan dongeng mulut ke mulut, daripada membaca sumber sejarah yang ilmiah yang telah ditulis dalam berbagai bahasa dan beredar di dunia internasional. Keadaan ini kemudian yang menyebabkan timbulnya salah pemahaman sebagaimana dirinci di atas. Bahkan sampai saat ini, harus diakui masih ada yang mengikuti pemikiran-pemikiran yang kurang tepat tersebut, termasuk mereka yang terlibat dalam pengembangan olahraga wushu di Indonesia saat ini.

Tai Chi salah satu jurus wushu

Tai Chi Chuan / Tai Chi Quan berbeda dengan jenis Wu Shu yang berkembang sebelumnya dimana pada umumnya mengutamakan kecepatan dan kelincahan serta kedasyatan pukulan dan tendangan. Gerakannya halus dan lembut tetapi ‘bertenaga’. Kadang disertai dengan ‘ledakan’ yang disebut ‘Fa Jing’ yang merupakan ciri khas Wu Shu Internal.
Menurut legenda pencipta Tai Chi Quan adalah tokoh Tao yang hidup sekitar abad 13 yaitu Zhang San Feng / Can San Fung / Thio Sam Hong (Hokian) yang juga merupakan pendiri Wu Tang Bai / Bu Tong Pay (Hokian).
Sejarah yang lebih pasti dimulai dari Chen Wang Ting, seorang Jendral yang hidup pada masa akhir dinasti Ming dan awal dinasti Qing (1644). Setelah keruntuhan dinasti Ming Beliau kembali ke Desa marga Chen dan mengajarkan Thai Chi Quan kepada keturunannya.
Awalnya Tai Chi Keluarga Chen tidak diajarkan kepada lain marga. Hingga keturunan generasi ke 15 dari Chen Wang Ting yang bernama Chen Chang Xing mempunyai seorang pelayan bernama Yang Lu Chan yang secara diam-diam ‘mencuri’ ilmu. Setelah ketahuan Chen Chang Xing menyuruh Yang Lu Chan mendemonstrasikan apa yang telah dia pelajari. Ternyata Yang Lu Chan sangat berbakat sehingga kemudian diangkat murid dan disempurnakan jurusnya.
Yang Lu Chan menjadi terkenal bahkan juga diminta untuk mengajarkan Tai Chi Quan kepada keluarga kerajaan. Perubahan mulai terjadi pada masa Master Yang Cheng Fu yang merupakan putra Yang Chien Hou. Beliau menyederhanakan Tai Chi Quan dan menjadikannya tidak sekedar sebagai seni beladiri tetapi juga sebagai seni untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Kemudian diajarkan kepada masyarakat luas.
Pada th 1956, dengan dasar Tai Chi Quan gaya Yang mulailah diperkenalkan Tai Chi Quan dalam bentuk yang telah sederhanakan menjadi 24 jurus. Untuk melatihnya hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit. Jenis inilah yang sekarang paling populer dan banyak dipelajari.
Filosofi Tai Chi Quan antara lain:
Menundukkan Kekerasan dengan Kelembutan.
Mengikuti dan menyesuaikan dengan gerakan lawan.
Mengatasi kekuatan ratusan kilo dengan hanya beberapa ons tenaga.

wushu dan beberapa jurus yang di pertandingkan

Wushu merupakan salah satu komponen penting di dalam warisan kebudayaan Tionghua yang telah mempunyai sejarah ribuan tahun. Wushu juga merupakan olahraga yang paling popular untuk segala usia di negara dengan penduduk 1,2 milyar jiwa.
Selama ini orang lebih mengenal kata Kung Fu daripada Wushu.Hal ini kurang tepat, karena kata "Kung Fu" sendiri artinya keahlian yang dimiliki seseorang, tidak hanya sebatas ilmu beladiri saja.Berdasarkan makna katanya "Wu" berarti military or perang,"Shu" berarti art or seni.Jadi Wushu berarti Seni berperang atau seni beladiri (Martial Art).
Dahulu Wushu merupakan suatu keahlian untuk membela diri & survival di dalam menghadapi masa yang penuh dengan perang dan kekacauan politik di China. Seiring dengan kemajuan jaman, maka Wushu telah diorganisasi secara sistematis kedalam bagian dari ilmu seni pertunjukan dan menjadi suatu cabang olahraga yang mempunyai keindahan aesthetic yang bernuansa oriental, yang telah diperlombakan baik di tingkat nasional maupun internasional seperti Sea Games, Asian Games, dan Olympic Games di abad 21 ini.
Jurus Wushu yang diperlombakan dewasa ini merupakan hasil penelitian dari para pakar olahraga Wushu di negeri RRC, meneliti semua jurus dan aliran di seluruh penjuru negeri tirai bambu tersebut. untuk distandarisasi menjadi gerakan seragam yg mewakili seluruh gerakan beladiri yg ada di negeri tsb, sehingga dapat diperlombakan/dipertandingkan di tingkat internasional.
Dari hasil penelitian tersebut maka terciptalah 7 macam jurus standarisasi internasional (Wu Shu Jing Sai Tao Lu) yang diperlombakan pada kejuaraan internasional.
Ke-7 macam jurus tersebut terdiri dari :
1. Tinju Utara (Chang Quan/Long fist)
2. Tinju Selatan ( Nan Quan/Southern fist)
3. Jurus Golok (Dao Su/Broadsword Play)
4. Jurus Pedang (Jian Su/Sword Play)
5. Jurus Toya (Gun Su/Staff Play)
6. Jurus Tombak (Qiang Su/Spear Play)
7. Jurus Tai Chi (Tai Chi Quan/ Shadow Boxing)
Maka dapat disimpulkan bahwa Wushu merupakan olahraga beladiri yang paling menarik untuk dilihat sebagai pertunjukan, berguna untuk beladiri, menjaga kesehatan dan juga untuk melatih mental serta disiplin, mengingat untuk berlatih wushu diperlukan kemauan dan usaha yang keras untuk dapat mencapainya.
Wushu di Indonesia lebih dikenal dengan nama Kungthauw dan lebih populer dengan nama Kungfu-merupakan seni beladiri yang berguna baik untuk kesehatan, seni maupun pembelaan diri. Wushu yang merupakan salah satu cabang olah raga, memiliki sejarah ribuan tahun dan merupaka warisan budaya Cina yang sudah lama dipraktekkan di Indonesia. Daya tarik wushu adalah pada lengkapnya seni ini dilihat dari aspek olah raga, kesehatan, bela diri, seni, maupun pada kemampuannya membangun sifat ksatria. Kini para peminat Wushu di Indonesia terus berkembang apalagi dengan semakin intensifnya digelar berbagai kejuaraan di arena lokal, nasional, bahkan internasional.

Wushu cina muslim

Pembangunan Islam dan pengambilalihan pada taraf tertinggi wushu Cina telah ada sejarah yang lama. Banyak akarnya berasas pada Qing Dynasty persecution of Muslims. Masyarakat Hui telah bermula dan menadaptasi banyak gaya-gaya wushu seperti bajiquan, piguazhang, dan liuhequan. Ada daerah-daerah utama yang telah dikenali sebagai pusat wushu Muslim, seperti County Cang di Provinsi Hebei. Seni pertahankan diri ini adalah sangat lain dari gaya-gaya Turkic yang diamalkan di Xinjiang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar